DIARRY SHILLA
Seorang gadis cantik yang tengah duduk di bangku taman rumah sakit itu terlihat sedih.
Entah apa yang ada di pikirannya.
Di tangan kirinya ada sebuah buku harian berwarna merah muda.
Sedangkan di tangan kanannya ada sebuah bolpoint berwarna merah muda pula.
Gadis cantik itu mulai menulis buku harian miliknya tersebut.
***
Seandainya dia tau bahwa aku mencintainya...
Seandainya dia tau bahwa aku disini selalu mengharapkannya...
Seandainya dia tau bahwa aku akan terus menanti hingga ia berpaling ke padaku...
***
Tiba-tiba gadis cantik itu berhenti menulis buku hariannya.
Pusing kembali menyerangnya.
Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing itu.
Ia menahan rasa sakit pada kepalanya dan mulai menulis buku hariannya kembali.
***
Seandainya aku mampu menyatakan perasaanku kepadanya...
Aku akan senang apabila aku bisa menyatakan hal tersebut...
Tapi aku tidak akan mampu menyatakan perasaanku...
Waktuku untuk hidup di dunia ini hanya tinggal sedikit...
Kenapa Tuhan tega memberikan penyakit mematikan ini kepadaku?...
Kenapa?kenapa?kenapa?
***
"Shilla.",panggil seorang pria.
Gadis cantik itu menoleh ke sumber suara.
Pria tampan itu tersenyum simpul.
Gadis cantik yang tak lain dan tak bukan bernama Shilla itu segera menutup buku hariannya.
Pria tampan yang bernama Alvin duduk di sebelahnya.
"Kamu kenapa?koq wajahmu sedih begitu?",tanyanya halus sambil membelai rambut Shilla dengan lembut.
Shilla menggeleng lantas berkata.
"Aku nggak apa-apa koq vin.",kata Shilla pelan.
"Kamu di suruh mamamu kembali ke kamar.",kata Alvin.
Shilla mengangguk.Ia berdiri dari duduknya.
Alvin pun melakukan hal yang sama.
Pusing itu kembali menyerang.
Bahkan lebih sakit daripada pusing yang tadi Shilla rasakan.
Shilla memegangi kepalanya.
"Shilla,kamu kenapa pusing lagi?",tanya Alvin panik.
Kekhawatiran mulai menyelimuti dirinya.
"Eh,nggak apa-apa koq vin,cuman pusing biasa.",lirih Shilla mencoba untuk tersenyum.
"Jangan bohong shil.",pinta Alvin.
Pandangan Shilla mulai kabur dan ia jatuh pingsan.
***
10 menit kemudian >>
Shilla membuka matanya.
Sekarang ia sudah ada di kamar rumah sakit.
Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
Selang infus sudah berada di tangan kirinya.
"Shilla,syukurlah nak kamu sudah sadar!",kata seorang perempuan paruh baya yang tak lain adalah mama Shilla.
Mama Shilla pun segera memeluk Shilla anak semata wayangnya itu.
Di belakang mama Shilla ada Alvin.
Alvin tersenyum bersyukur begitu melihat Shilla yang telah sadar.
"Mama.",kata Shilla langsung membalas pelukan mamanya.
"Maafin Shilla ya ma udah selalu buat mama khawatir!",kata Shilla sedikit terisak.
"Iya,nggak apa-apa Shilla.",kata mama Shilla sambil membelai rambut panjang Shilla.
Setelah berpelukan cukup lama.Mereka melepaskan pelukannya masing-masing.
"Mama ke ruang dokter dulu ya shil.",pamit Mama Shilla.
Shilla mengangguk kecil.
"Alvin tante titip Shilla ya.",kata Mama Shilla mengalihkan pandangannya ke arah Alvin yang sedari tadi diam.
"Iya tante.",kata Alvin sambil mengangguk.
Mama Shilla pun berlalu.
Alvin duduk di samping tempat tidur Shilla.
"Nich,buku harianmu jatuh.",kata Alvin sambil menyodorkan buku harian berwarna merah muda kepada Shilla.
Shilla segera mengambil buku harian itu dengan cepat.
"Kamu nggak baca buku ini kan?",tanya Shilla hati-hati.
"Nggak koq shil,tenang aja.aku nggak akan baca buku orang sembarangan tanpa seizin pemilik bukunya,",kata Alvin sambil tersenyum.
Shilla menghela nafas lega.
"Memangnya isi buku harianmu apaan sich?",tanya Alvin memasang tampang penasaran.
"Tentang semua rahasiaku.",kata Shilla sambil memeluk buku hariannya itu.
"Aku kan sahabatmu,koq nggak pernah cerita sama aku sich?",tanya Alvin lagi.
"Privacy...",kata Shilla singkat.
"Pelit kamu!",kata Alvin memasang tampang gemas sambil mencubit pipi Shilla.
"Alvin sakit!!!",kata Shilla.
Mereka berdua pun mulai bercanda.
***
"Dokter,bagaimana dengan keadaan Shilla?",tanya perempuan paruh baya yang tak lain adalah mama Shilla pada seorang Dokter yang menangani penyakit Shilla.
"Akhir-akhir ini kondisi Shilla semakin memburuk.",kata Dokter itu.
"Apa Shilla bisa diselamatkan dok?",tanya mama Shilla sedih.
Dokter itu menggelengkan kepalanya secara perlahan.
"Jika ada keajaiban Shilla pasti selamat.",kata Dokter itu.
"Saya mohon selamatkan anak saya dok.",pinta mama Shilla.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk anak anda.",kata Dokter itu.
"Terima kasih.",kata mama Shilla.
***
"Uhuk!"
Shilla terbatuk.Ia menutupi mulutnya dengan telapak tangannya.
Ia nampak sangat terkejut begitu melihat darah yang ada di tangannya.
"Darah vin,darah..",kata Shilla terisak.
"Shilla tunggu ya aku panggil dokter dulu!",kata Alvin segera berlalu.
Dokter dan Mama Shilla kebetulan sudah ada di depan pintu kamar Shilla.
"Kamu kenapa vin?",tanya Mama Shilla.
"Shilla tante,Shilla...",kata Alvin.
Dokter dan Mama Shilla segera masuk ke dalam kamar di mana Shilla dirawat.Begitu juga dengan Alvin.
"Shilla,kamu kenapa nak?",tanya Mama Shilla panik dan segera menghampiri Shilla.
Shilla menunjukkan darah yang ada di telapak tangannya.
Pandangan Shilla kembali kabur.Dan ia pun jatuh pingsan.
"Shilla!",teriak mama Shilla panik.
"Tunggu sebentar saya akan panggilkan suster!",kata Dokter itu segera berlalu.
***
Tak beberapa lama kemudian Dokter datang bersama 5 orang suster.Alvin pun keluar dari kamar Shilla.
Alvin menunggu di ruang tunggu.
"Tuhan,selamatkanlah Shilla.",doa Alvin.
Tak beberapa lama seorang suster datang menghampiri Alvin.
"Shilla sudah sadar dan ia ingin berbicara denganmu.",kata suster itu.
Alvin mengangguk dan segera memasuki kamar Shilla.
"Mama Shilla mau bicara empat mata sama Alvin,boleh kan?",tanya Shilla yang masih terbaring lemas di temapt tidur rumah sakit.
Mama Shilla dan dokter serta para suster ke luar dari kamar Shilla meninggalkan Shilla dan Alvin berdua.
"Alvin...",panggil Shilla lirih sambil tersenyum.
"Shilla kamu yang kuat ya,aku tau kamu pasti bisa!",kata Alvin memberi semangat pada Shilla sambil menggenggam lebut jemari-jemari Shilla.
"Aku nggak bisa vin.",kata Shilla.
"Jangan bilang nggak bisa shil!aku nggak mau kamu pergi!",kata Alvin.
Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.
Shilla menyentuh wajah Alvin.
"Alvin aku cinta sama kamu,sebenarnya sudah sejak lama.",kata Shilla masih dengan senyumannya.
"Aku juga shil,aku juga cinta sama kamu.",kata Alvin.
Ia melepaskan genggamannya dan memeluk tubuh Shilla yang tidak berdaya.
"Makasih ya vin udah mau jadi sahabatku selama ini.",kata Shilla sambil melepaskan pelukan Alvin.
Shilla menutup kedua matanya.Dan mengehembuskna nafas terakhirnya.
Tiiiit...
Suara alat pendeteksi jantung berbunyi nyaring.
Garis zigzag yang biasa menghiasi alat itu berubah menjadi lurus.
Saat itu Alvin sadar bahwa Shilla sudah tiada.
***
Langit tidak lagi seindah dulu.
Langit berubah menjadi hitam.
Tetesan-tetesan hujan mulai membasahi bumi.
Mengiringi pemakaman Shilla.
Semua teman-teman,keluarga besar Shilla,serta Alvin dan keluarganya datang ke pemakaman Shilla.
Mama Shilla tak henti-hentinya menagis di dalam pelukan Papa Shilla.
Semuanya sedih atas kepergian Shilla.
Alvin menatap nanar makam Shilla.
"Alvin...",panggil Papa Shilla.
Alvin menoleh.
"Iya,ada apa om?",tanya Alvin.
"Ini buku harian Shilla,dia ingin kamu membacanya.",kata mama Shilla sambil menyerahkan buku harian Shilla kepada Alvin.
Alvin mengambil buku itu dari tangan Mama Shilla.
"Kamu tau?dia sangat mencintaimu.",kata Papa Shilla.
"Iya,saya tau..",jawab Alvin.
Semua orang sudah meninggalkan pemakaman Shilla.Kecuali,Alvin.
Ia masih sibuk membuka lembaran-lembaran buku harian Shilla.
Alvin menemukan sepucuk surat yang bertuliskan "TO:Alvin Jonathan Sindunata"
Alvin pun membuka surat itu.
TO:Alvin Jonathan Sindhunata
Hai Alvin :)
Karena aku tau bahwa waktuku tinggal sedikit aku menulis surat ini untukmu
Meskipun aku sudah tidak bisa berada di sampingmu aku mohon tetaplah ceria
Jangan kembali seperti Alvin yang dulu
Yang cuek dan dingin
Sebenarnya aku cinta banget sama kamu vin!
Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga perasaanku padamu seumur hidup
Dan aku menepati janjiku bukan?
Hehehe...
Jangan pernah lupakan aku ya vin
Cukup sekian surat dariku :)
Salam Sayang,
Ashilla Zahrantiara
Alvin mengangis sejadi-jadinya membaca surat terakhir dari Shilla.
Alvin berjongkok di samping makam Shilla.
"Semoga kamu bahagia di alam sana.",kata Alvin sambil mencium batu nisan Shilla.
-THE END-
0 Comment:
Posting Komentar